Monday, April 27, 2020

Untaian lara buat Yuni (TAMAT)

Waktu menunjuk pukul tujuh. Di sudut kafe Yuni berputih mata menanti Jaka. Namun tak bisa mengeluh. Kecuali pada ponsel yang suaranya tak juga melenguh. Dua belas jam dia janji akan datang. Yang diharapkan selalu di kafe itu senyumnya akan mengembang ketika melihat Yuni. Karena berdekatan dengan Yuni. Biasanya mereka akan menghabiskan waktu dengan percakapan. Namun Yuni lebih banyak mendengar ketika Jaka cerita tentang harapannya. Setelah itu Jaka kehabisan cerita dan diam.
Yuni membiarkan Jaka terus bercengkrama dengan smartphone nya. Melihatnya bercengkrama dengan sosmed selalu gaduh soal hal sepele dan remeh remeh. Namun, sebenarnya, hati Yuni selalu gaduh. Ketika  diperlakukannya secara rapuh. Bertanya dalam kelu terhadap diri sendiri, ke manakah hubungan ini akan berlabuh?
”Kenapa perlu dipertanyakan, Sayang. Kita sudah berlabuh ditempat sementara untuk menuju keabadian.” Kata Jaka suatu waktu
”Hah?!”
Yuni bukan orang yang mengerti bahasa isyarat. Apalagi kalau itu mengandung makna filosofis berat. Jaka memang hebat bicara filosofis karena dia memang gemar membaca apa saja. Tapi Yuni tidak butuh penjelasan dari buku. Dia butuh realita. Yuni hanya ingin di cintai dalam bentuk lain. Sesuatu yang istimewa yang diridhoi Tuhan.
Jaka selalu menyebutkan nama-nama terkenal yang Yuni tidak kenal. Ia selalu menyebutkan nama-nama yang bahkan di dalam kepala nya pun tak akan lama mengental. Badiout? Platoy? Badut yang letoi, begitu yang selalu ada di dalam kepala Yuni tercantol. Bukan karena pemikiran Jaka tentang kebenaran yang tidak dia pahami. Tapi lebih karena setiap kali melihat badut yang letoi, Yuni merasa tak sampai hati.
Yuni tidak pernah habis pikir mengapa ada karakter semacam badut di sirkus. Rata-rata mereka sebenarnya berbadan kurus. Bermuka tirus. Hanya kosmetik di mukanya memberangus. Dan buntalan di perutnya yang besar membungkus. Sehingga ia kelihatan lucu dan mungkin bagus. Bagi mata orang-orang tua yang membawa anak-anaknya hanya untuk sejenak melupakan haus. Haus hiburan. Haus kebersamaan. Haus tertawa bersama dalam suasana kekeluargaan. Padahal mata anak-anak itu mungkin bisa melihat apa yang ada di balik mata badut-badut. Mata yang bersungut. Dan mulut yang merengut di balik riasan begitu lebar dan memerah di mulut.
Salah satu mata anak-anak itu, adalah mata Yuni. Mungkin di antara banyaknya anak-anak itu, hanya Yuni satu-satunya, melihat badut yang itu-itu saja di setiap pertunjukan sirkus apa pun dan di mana pun juga. Badut yang letoi. Letoi yang adalah seperti tak bersendi dalam bahasa asli Jakarta. Dan selalu ada garis merah di bawah mata mereka seperti air mata. Jadi Yuni  tidak pernah mengerti mengapa mereka menertawakannya. Bahkan sampai sekarang, ketika usia Yuni  menginjak setengah tua.
Menertawakan kesedihan. Menertawakan kebersamaan. Menertawakan keadaan merekakah yang terpaksa datang bersama sanak keluarga hanya atas nama kekeluargaan? Menertawakan diri mereka sendiri. Dan untuk itu ada harga yang harus mereka beli?
”bha ha ha ha ha”
Akhirnya Yuni tertawa lepas sebelum Jaka menjawab reaksinya. Sangat lepas melebihi tawanya melihat badut-badut letoi di sirkus. Berikut binatang-binatang yang tidak seharusnya diberangus. Sangat sangat lepas melebihi tawa-tawa dengannya yang sudah hangus.
”Kenapa kamu ketawa, Sayang? Saya kan udah bilang, kalau kita bukan jodoh yang tepat untuk berumah tangga tapi tentu mitra yang hebat membuat uang.” Kata Jaka.
Kupu-kupu melebarkan sayapnya tepat di depan bebungaan di mana mereka duduk. Jaka pun melebarkan jangkauan tangannya di mana tangan Yuni sedang diam merunduk. Mencoba meredam tawa yang sudah terdengar seperti orang mabuk. Tenang gerakannya, sangat Yuni tahu sebenarnya memendam rasa amuk. Karena itu segera dia kibaskan tangan itu berpura-pura menghalau nyamuk.
”Kamu…”
”Hah?!”
Yuni memotong kalimatnya. Persis seperti apa yang dilakukan badut-badut ketika berada di atas arena. Berteriak ketika ada yang mengolok-oloknya. Terjatuh. Mengaduh. Berlari. Tanpa berani memaki. Menghilang ke balik panggung. Disertai dengan sorak-sorai dan tawa menggunung. Sorak-sorai itu yang mengingatkannya atas kutipan-kutipan yang disebutkan ia dari nama-nama pemikir. Membuat Yuni mencibir. Karena ada letupan kembang api di kepalanya. Dan warna-warni serpihan kembang api itu jatuh ke bahunya. Ia tidak pernah mengetahuinya. Maka, ia tak merasakannya. Ketika serpihan kembang api itu melumatnya. Bahkan ketika Jaka  berkata,
”Kenapa perlu dipertanyakan, Sayang. Kita sudah berlabuh. Sudah !
Tapi di manakah sekarang Jaka? Yuni keluar dari lamunannya.
”Hah?!”
Terkejut Yuni ketika bahu ditepuk seseorang.
”Boleh saya ambil bangku yang tak terpakai?”
”Hah?!”
Yuni tidak bisa menentukan. Dia sudah menunggu dua jam dengan perut kram. Namun Jaka tak juga datang. Tapi apakah dia harus menyerahkan bangku kosong di sebelahnya ke seseorang? Seseorang yang membutuhkan bangku tambahan di mejanya karena ia bersama banyak teman tak terkecuali perempuan?
”Boleh saya pakai bangkunya, Mbak?”
Yuni menatapnya.
”Maaf, ada yang saya tunggu.”
”Waktu?”
“ Jangan ambil bangku ini. Apakah anda tidak paham bahwa saya sedang menanti seseorang ? 
“ Paham.”
Jaka, untuk kesekian kalinya aku harus pertahankan bangku disampingku. Dan itu hanya untukmu Jaka. Pernah aku punya sahabat pria. Ganteng dari kamu. Lebih muda dari kamu. Tapi semakin aku bersedekat semakin aku merasa tidak sedang bersama pria. Pria itu pengeluh dan mudah sekali menyalahkan siapapun. Mungkin karena kelebihannya dia berhak untuk menjadi istimewa dan menganggap orang lain pastas disalahkan atas kekurangannya. Aku kehilangan gairah untuk bertemu lagi dengan dia.  
Memang aku badut dihadapanmu dan aku tidak peduli Jaka, kalau itu cukup menghiburmu. Naifkan. Apakah kamu tidak pernah merasakan kalau badut juga manusia dan setiap orang punya kemampuan menghibur, walau dengan kebodohannya. Entahlah apakah kamu bisa mengerti Jaka. Kata Yuni berguman dalam penantian.
Dari jauh nampak Jaka  datang dengan wajah lelahnya, dasi yang dilonggarkan dan baju lengan panjang warna putih yang digulung. Dia menghempaskan tubuhnya di bangku menghadap Yuni. Dan kini wajahnya nampak lucu. Seorang pria yang tak pernah bersalah karena membiarkan wanita menanti lama. “ Bagi saya, kesetiaan dan rasa hormat itu adalah menepati janji , walau terlambat “ Katanya enteng. 
“ Tak perlu dijelaskan, Yuni sudah tahu kebiasaan uda. Urusan bisnis penting dan selalu on-time tapi selebihnya sesempatnya.”
“ Ya mau gimana lagi. Itulah rutinitas hidup yang harus dilalui dan bersyukur ada sahabat seperti kamu dan istri dirumah yang mengerti saya, Kalau tidak, kemana saya harus kembali menjadi diriku sendiri ? 
“ Sekarang jam 9.30 malam. Apakah perlu pesan makan atau minum saja? Kata Yuni.
“ Makan sudah. Minum sudah.”
“ Jadi untuk apa uda datang kalau sudah makan dan minum ?
“ Ketemu kamu”
“ Dan setelah itu sibuk dengan smartphone”
“ Mau gimana lagi? Kamu juga engga ajak saya bicara ? bicaralah “
“ Mau bicara apa lagi. Baru mau bicara , uda seenaknya nyalahkan.”
“ Ya memang salah ya harus disalahkan. Apakah saya harus berbohong agar kamu senang ? 
“ Uda engga pernah mengerti perasaan wanita. “ Kata Yuni memandang ke tempat lain. Tapi Jaka asyik dengan smartphone nya. Benar benar pria bebal. Ada wanita cantik didepannya, malah dianggurin dan asyik dengan smartphone. Kapan dia bermurah hati mencium Yuni dan membawa Check in ke Hotel. Apa Jaka takut? Takut apa? Mungkin Jaka tidak pernah tahu bagaimana kehebatan Yuni ditempat tidur. Tentu akan membuat Jaka tergila gila. Tapi Jaka tidak melihat kelebihan  Yuni selain sebagia sahamat dan mitra bisnis yang bisa make money.
“ Uda… “
“ Hmmm “
“ Aku sudah masuk mono “
“ Terus “
“ Apakah itu tidak penting bagi uda ?
“ Ya itu biasa saja. Siklus wanita ya begitu. Sama dengan pria. Seperti graphik saham. Ada saatnya hot dan saatnya decline dan …”
“ Dan engga mungkin rebound lagi. “ 
“ Bisa aja asalkan di maintain dengan baik dan di jaga band nya”
“ Cost of fund nya lebih mahal “
“ Ah cost of fund engga penting asalkan bisa reboud. Kalau engga bisa multilevel, satu level juga bagus, “
“ Ah sudahlah. Mau satu level atau multilevel juga engga ada gunanya. Engga ada yang ask walau sudah di bid berkali kali di board. “
“ He he he…” Jaka tertawa. “ memandang stock juga kenikmatan tersendiri, walaupun engga di takedown. “ Sambung Jaka. Yuni memukul bahu Jaka  dan Jaka terus tertawa. 
“ Yun..” kata Jaka dengan mata elangnya.
“ Ya “
“ Aku mendirikan perusahaan offshore di Hong kong dan kamu jadi CEO dan juga pemegang sahamnya “ Kata Jaka.
“ Tepatnya bukan pemegang saham tapi proxy “
“ Ya ya..Gini, Pabrik kliker di Vietnam itu akan didirikan dengan dukungan 6 pabrik semen di Vietnam. Jadi pabrik kliker itu sebagai supply guarantee untuk pabrik semen. Kita dapat captive market dari pemerintah vietnam.  Dengan demikian tanpa disadari China akan memberikan tekhnology kliker itu dengan mudah kepada kita. Saya akan tempatkan satu orang insinyur Indonesia dalam pendirian pabrik kliker itu. Berharap suatu saat nanti kita bisa bangun sendiri pabrik di Indonesia agar bisa mendukung mini cement industry di beberapa provinsi untuk mendukung proyek rumah murah.”
“ Dan uda butuh dana investasi dengan memanfaatkan secondary money market di China dan vietnam untuk membiayai itu”
“ Ya. “
“ Makanya Uda perlu perusahaan offshore untuk menerbitkan surat utang melalui pasar terbatas “
“ Ya. “
“ Dan karena itu Uda minta Yuni sebagai direktur perusahaan offshore itu agar kalau terjadi apa apa holding tetap aman.”
“ Ini proyek sangat aman Yun. Pembeli surat utang di CHina itu adalah lembaga keuangan yang mendukung pembiayaan bahan baku kliker. Kamu kan tahu bahan baku kliker itu dikuasai koperasi di China. Tentu mereka berkepentingan suksesnya proyek ini agar koperasi binaanya dapat captive market. Dan  lembaga keuangan di Vietnam juga akan membeli surat utang kita karena mereka ingin suksesnya pabrik di bangun agar dapat menghasilkan rumah murah untuk mendukung pengadaan rumah bagi rakyat kebanyakan. Uang dari hasil penerbitan surat utang itu sepenuhnya dibawah pengawasan asset management yang terikat dengan EPC dari China sebagai vendor teknologi. “ 
“ Exitnya gimana ?
“ Ya setelah proyek jadi, perusahaan offshore kamu melakukan transfer right ke Holding dan Holding akan bailout utang itu. Selesai”
“ Mengapa tidak langsung saja Holding lakukan dari awal. Kenapa harus gunkan Yuni sebagai proxy ? 
“ Kalau holding yang lakukan  kita tidak bisa mendapatkan financial solution melalui senior bond dengan mudah. Panjang sekali prosedurnya. Apalagi kamu kan tahu sekarang di Holding ada harimau China sebagai watchdog.  Tapi kalau SPC offshore company lebih mudah prosedurnya. “
“ Mengapa Uda sangat berambisi membangun industri material building ? 
“ Kamu tahun dari 50 orang indonesia, hanya satu yang punya rumah. Ini masalah kemanusiaan yang sangat serius.”
“ Mengapa ? 
“ Karena harga membangun rumah mahal. Biaya material mahal dan proses pembangun makan waktu lama, yang tentu akan menaikan biaya rumah perunit. Tapi dengan tekhnologi material dari china, kita dapatkan bukan hanya semen berkualitas tinggi dengan harga murah tapi juga dapat di moulding untuk beragam kebutuhan material bangunan seperti pintu, tiang, jendela dan plaform. “ 
Yuni tahu Jaka kalau sedang meyakinkan orang sangat sabar. Sangat sabar menjelaskan secara detail. Tak sedikitpun dia lelah.  Yuni senang melihat dia dalam situasi seperti ini. 
“ Aku capek Uda. Engga bisa mikir. Udah malam lagi. Besok kita sambung lagi ya. “ Kata Yuni
“ Oh ya Yun, besok mau temani aku naik Yak”
“ Kemana ?
“ Ya perairan hong kong aja. “
“ Sama siapa aja ?
“ Ya kamu dan aku “ Kata Jaka dengan tersenyum dengan sedikit putus harapan. Yuni jadi luluh. 
“ Ya uda. Besok aku datang ke kantor Holding dan teken semua dokumen penunjukan aku sebagai chairman offfshore company dan proxy uda. “ 
“ Terimakasih Yun. Kamu baik banget. “
“ Terus gimana rencana naik Yak?
“ Kita tunda mInggu depan aja ya. “ kata Jaka tersenyum sambil membelai kepala Yuni. “ Besok sore saya harus ke Jakarta dan terus ke Medan. Mau bicara dengan Florence soal pendirian pabrik Cangkir.”
Rasanya Yuni mau pukul dada Jaka berkali kali sangking kesalnya. Tapi itulah Yuni. Bagaimanapun membantu Jaka sukses melewati masalah adalah kebahagiaan tersendiri. 
***
Proses fundraising dan persiapan pendirian pabrik kliker di Vietnam berlangsung lebih 3 bulan atau tepat 3 bulan 20 hari. Selanjutnya EPC harus bertanggung jawab terjadap Project Management untuk memasatikan proyek dibangung sesuai dengan standar mutu dan waktu. Apa yang tadi  Yuni bayangkan bahwa dia  akan tersingkir dari proyek ini ternyata tidak terjadi. Yuni bukan hanya duduk sebagai Chairman tapi juga sebagai pemegang saham sebesar 10%. Yuni mendapatkan saham itu atas dasar share loan dengan jaminan dari Jaka. Artinya Yuni ditempatkan sebagai mitra holding Hong Kong di anak perusahaan yang akan mengelola pabrik kliker langkap dengan industry downstream berupa material building.  Dengan demikian Robert ada dibawah Yuni atau tepatnya berkerja untuk dia sebagai direktur operasional . Begitu juga dengan Yen, yang mendapatkan posisi sebagai direktur pemasaran. 
“ Mengapa Uda begitu percaya kepadaku? Kata Yuni  ketika usai rapat pemegang saham,
“ Karena kamu mencintaiku.” Kata Jaka santai.
“ Apakah itu juga jawaban bahwa Uda juga mencintaiku ?
“ Yun, apakah itu perlu aku jawab ?
“ Jawablah ? 
“ Mengapa ?
“ Karena udah lama aku menantinya “
“ Entahlah. Bagiku mempercayai kamu adalah rasa damai di hati dan aku merasa aman selalu. Apakah aku pernah mempertanyakan otoritas yang aku berikan kepada kamu sebagai dirut Holding di Jakarta. Padahal kamu menguasai semua sumber daya perusahaan dan aku sendiri tidak pernah sedikitpun ragu kepada kamu. Apakah itu kurang cukup bukti bahwa sebagian jiwaku aku percayakan kepadamu. Kamu menguasai sebagian jiwaku, Yun. Apakah itu kurang cukup untuk kamu mengerti bagaimana sikapku kepadamu.”
“ Terimakasih Uda. Sekarang Yuni paham. Memang tidak mudah mempertautkan persahabatan dengan bisnis dan Uda mampu mengelolanya dengan baik, bahkan sampai kini sudah 15 tahun kita tetap bersama. “
“ Aku bersahabat dengan kamu karena Tuhan. Atas dasar itulah aku mengelola hubungan emosi kita agar tetap terjalin positip, untuk sepatah kata bahwa cinta adalah cinta. No matter what, kamu tetaplah sahabatku yang harus ku jaga sepanjang waktu, sepanjang usia. Pahamkan sayang”
“ Ya paham Uda.”
***
Sebagian orang menganggap Jaka munafik. Sebagian lagi menganggap Jaka pembual, tukang PHP. Sebagian lagi menganggap Jaka sok gagah. Sebagian lagi menganggap Jaka lemah. Sebagian lagi menganggap Jaka gampangan. Padahal  Jaka tidak pernah merasa munafik. Tidak pernah merasa membual atau PHP.  Tidak pernah merasa sok gagah. Tidak pernah merasa lemah. Tidak pernah merasa gampangan!
Dan apa yang Jaka rasa toh tidak membuat mereka berhenti berpikir kalau Jaka munafik. Berhenti berpikir kalau Jaka  pembual. Berhenti berpikir kalau saya sok gagah. Berhenti berpikir kalau Jaka lemah. Berhenti berpikir kalau Jaka  gampangan! Sementara Jaka dengan sikapnya sudah menjelaskan kalau ia  tidak munafik. Kalau ia tidak membual. Kalau tidak tidak sok gagah. Kalau ia  tidak lemah. Kalau ia tidak gampangan! Tapi sikap  Jaka malah semakin membuat mereka yakin kalau Jaka munafik. Yakin kalau Jaka  pembual. Yakin kalau Jaka sok gagah. Yakin kalau Jaka lemah. Yakin kalau jaka  gampangan!
Maka demikianlah Jaka yang Yuni tahu, yang tidak munafik. Yang tidak membual. Yang tidak sok gagah. Yang tidak lemah. Yang tidak gampangan!. Walau sebagian orang tetap menganggap Jaka munafik. Menganggap Jaka pembual. Menganggap Jaka sok gagah. Menganggap jaka  lemah. Menganggap Jaka gampangan. Bagi yuni itu semua karena mereka belum mengenal Jaka secara pribadi. Yang Yuni tidak bisa meninggalkan Jaka adalah sikap rasionalnya dan apapun yang dia lakukan selalu ada alasan sisi kemanusiaan dan moral. Walau kadang memang ngeselin. Jaka tidak pernah merasa terganggu atau kawatir hancur karena mempertahankan prinsipnya, termasuk bersikap terhadap sahabatnya. Dia selalu yakin bahwa sahabatnya akan mengerti dia, kalau tidak maka itu artinya Tuhan memisahkannya dengan orang yang tidak pantas jadi sahabat. Dia ikhlas.
Kalau Jaka katakan ke banyak orang bahwa ia  tidak punya pacar. ia  tidak mudah jatuh cinta. Mungkin orang anggap dia pembual. Tapi bukan berarti Jaka  tidak punya sahabat. Jaka punya banyak sekali sahabat. Ada teman makan siang dan makan malam. Ada teman yang bersedia mengantar kemana saja dia pergi. Ada teman yang menemani killing time di cafe. Ada teman yang mau menemani Yak. Mereka semua teman-teman yang baik. Mereka semua teman-teman yang bisa diandalkan dalam segala hal dan dia yakin mereka bisa diandalkan sebagai teman. Bukankah sudah sepatutnya begitu dalam hubungan pertemanan? Buktinya tidak jarang sebenarnya Jaka malas makan siang. Tapi karena teman mengajak, Jaka merasa tidak enak untuk menolak. Begitu juga halnya dengan nongkrong di cafe  atau berlayar dengan Yak. 
Jaka sering nampak kelelahan di tengah tekanan bisnis. Inginnya lekas pulang dan tidur. Tapi jika ada teman yang mengajak ke cafe, rasanya Jaka tidak tega menolak apalagi temanya sudah khusus jauh- jauh datang. Maka Jaka akan mengiyakan walaupun belum tentu ia  suka dengan minuman di cafe. Pada saat Jaka di cafe, tidak jarang pula ponselnya berdering. Andaikan tidak ia  angkat karena tidak sopan menerima telepon didepan teman temannya, tetap saja mereka bisa meninggalkan pesan SMS. Biasanya minta ditemani ke KTV atau sekadar nongkrong di club mewah. Sungguh, tidak selalu Jaka ingin menerima ajakan mereka. Sama halnya ada lebih seratus inbox messenger masuk ke fb nya tapi tidak semua dia balas. Dan mereka bisa mengerti.
Sebagai pribadi sikap humanis friendship Jaka sangat kental. Sangking kentalnya orang menganggap dia adalah sumber segala galanya yang mudah didapat. Karena Jaka tidak pernah mengatakan tidak. Dan senang traktir sahabatnya makan siang atau makan malam.Tapi kalau sudah bicara bisnis maka pribadi humanis dan friendship itu hilang begitu saja. Dia akan berubah cepat. Cara berpikirnya sangat cepat dan jelas, serta penuh perhitungan. Apalagi kalau berhubungan soal uang dan peluang bisnis. Mungkin berkat pengalaman bisnis yang luas, dia cepat sekali mengetahui itu adalah peluang atau jebakan batmen. Kalau peluang itu bagus maka akan sangat cepat sekali dia proses. Namun bila itu tidak bagus maka cepat sekali dia lupakan. Bahkan malas membahasnya. 
Kadang dengan style nya itu membuat orang yang tadinya merasa senang dapat memanfaatkan persahabatan dengannya akan langsung kecewa dan biasanya akan bilang Jaka tukang bual atau tukang PHP. Tapi Jaka tidak peduli orang berpikir buruk terhadap sikapnya dalam bisnis. Dalam bisnis yang utama bagi Jaka adalah bagaimana menjaga komitmen dengan kreditur dan pemegang saham dan investor, mitra. Selebihnya tidak pernah ada dalam pertimbangannya. Apalagi orang yang hanya ingin memanfaatkan emosi persahabatan dengannya. Baginya dengan sikapnya dalam bisnis itulah membuat dia bisa melaksanakan fungsi sosial pribadinya kepada sahabatnya dan orang lain tanpa ada motive apapun kecuali hanya given. 
Kalau kini hubungan Yuni dengan Jaka bertahan lebih dari 10 tahun dalam bisnis dan persahabatan  maka itu bukanlah hal yang mudah, Yuni mengenal sekali karakter Jaka. Untuk bisa bermitra dengan Jaka, aku butuh waktu 2 tahun sebagai sahabat tanpa bicara bisnis. Dan ketika dia mengambil keputusan bermitra bisnis maka emosi persahabatan hilang begitu saja. Dia tidak pernah menghargai kegagalan. Tidak dengan kata kata kasar tapi melupakan orang itu begitu saja. Kalaupun bertemu lagi, diapun bisa melupakan soal bisnis yang gagal itu namun tidak akan mengulang kesempatan untuk kedua kalinya. Tapi hubungan pribadi tetap jalan sebagaimana biasanya.
Hanya ada dua orang di dunia ini yang bisa menghentikan Jaka tidak berpikir soal bisnis , bahkan menghentikan rapat bisnis penting yaitu apabila ibunya  atau istrinya telp atau bertemu dengannya. Dia akan segera menjadi dirinya sendiri. Tak nampak Jaka sebagai petarung. Dan saat itulah Yuni tahu dia memang putra ibunya yang tak pernah dewasa dan suami yang dihadapan istrinya tidak pernah sempurna. Menjadi sahabat Jaka sebagai pribadi jauh lebih menyenangkan tapi itu hanya kesenangan yang tak akan membuat Yuni berkembang karena tidak mendapatkan potensi dan pengalamannya dalam bisnis. Yuni teringat  nasehatnya ;
“ Yun, andaikan cinta tidak berbalas, jangan pernah berubah jadi benci. Andaikan pengorbanan tidak berbalas kasih , jangan pernah menyesal. Andaikan bisnis tidak menghasilkan uang, jangan pernah merasa gagal. Jangan. Mengapa ? karena semua itu adalah perjalanan spiritual kita untuk mendekat kepada Tuhan. Itu semua antara kita dengan Tuhan. Selagi kamu tetap dengan prinsip itu maka kamu akan baik baik saja. 
***
Setetelah setahun di luar negeri, Yuni kembali ke Jakarta dan tugasnya untuk focus mengembangkan holding di bawah tanggung jawabnya. Sementara pengelolaan Pabrik di Vietnam sudah sepenunya dibawah kendalai Holding di Hong kong. Tugasnya hanya melakukan koordinasi sesuai dengan SOP yang ditetapkan Holding di Hong Kong.  Mungkin hubungan Robert dan Yen akan berlangsung ke pernikahan. Yuni tidak peduli lagi soal Robert. Baginya , diusia mendekati 50 tahun adalah lebih baik focus berkerja keras untuk Jaka, sahabatnya.
Harta bisa hilang, Jabatan bisa hilang, kemitraan bisnis bisa berakhir, namun yang tersisa hanyalah persahabatan. Yuni ingat kata kata Jaka". Nilai nilai persahabatan bertumpu kepada CINTA. Cinta bukanlah apa yang kamu katakan tapi apa yang kamu perbuat. Ketika orang yang kamu cintai dalam keadaan gundah, tugasmu menentramkan bukan bertanya. Ketika orang yang kamu cintai bersalah, tugasmu meluruskan bukannya menyalahkan. Ketika orang yang kamu cintai tak bisa menjawab maka hatimulah yang menjawab. Ketika orang yang kamu cintai dalam keadaan lemah, tugasmu menyediakan tubuhmu untuk menopangnya. Kecintaan kepada seseorang bukan hanya mempercayainya tapi bagaimana kamu bersikap terhadapnya. Dan itu hanya ketulusan untuk sepatah kata bahwa cinta adalah cinta." Ya berkah Tuhan bukan akses bisnis yang di miliki Jaka tapi persahabatan. Menjadi sahabat Jaka adalah pilihan terbaik bagi Yuni untuk berdamai menerima kenyataan.


Tidak ada serba kebetulan dalam hidup ini. Pertemuan Jaka dengan Yuni sudah kehendak Tuhan. Ketika mereka saling kenal, proses sunatullah terjadi. Kalaulah bukan karena sikap Yuni yang pandai berterima kasih mungkin dia tidak akan mendapatkan hikmah dari pertemuan itu. Kalaulah bukan sifat Jaka yang terbuka dan berpikir positip, mungkin tidak akan terjalin persahabatan yang berbeda kelas itu. Kalaulah bukan karena kesabaran dari kedua belah pihak, persahabatan itu tidak akan bertahan lama. Kalaulah tidak atas dasar niat baik, persahabatan itu tidak akan saling berbagi dan percaya. Karenanya keduanya menyadari bahwa menikah adalah takdir. Mencintai adalah pilihan. Andaikan cinta tidak bersua takdir maka hubungan persahabatan tidak seharusnya terputus. Apapun itu pada akhirnya kembali kepada keikhlasan. Selebihnya mereka akan baik baik saja.

No comments: